TERHEMPAS OMBAK TERBAKAR MATAHARI DI PANTAI DREAMLAND

by - October 06, 2017



TERHEMPAS OMBAK TERBAKAR MATAHARI DI PANTAI DREAMLAND

Para peselancar sedang beraksi, foto oleh penulis

Kutipan yang berbunyi "happiness comes in waves" ada benarnya. Baru mendengar bunyi ombaknya saja kedamaian sudah tercipta seketika, apalagi ketika tubuh dihempas ombak di pantai Dreamland. Ombak di pantai ini relatif besar tetapi pengunjung tetap aman bermain, menabrak, menyelam, bahkan mengambang di ombak tersebut. Pasti ada yang bertanya "kok bisa?" Jawabannya bisa sekali. Oleh sebab kontur pantainya yang datar, pantai ini sangat dangkal sampai beberapa meter ke arah laut lepas, sehingga ketika terseret ombak ke tengah laut, kamu tidak akan tenggelam. Begitu pula sebaliknya, ketika kamu terhempas gulungan ombak dari lautan lepas, kamu hanya terbuang ke tepian laut, tanpa dilukai oleh batu karang, karena dari bibir pantai sampai ke kedalaman yang terdalam pun semuanya beralaskan pasir. 
Jalan menuju Pantai Dreamland, foto oleh Lisye
Papan selamat datang dengan latar danau hijau lumut alami, foto oleh penulis

Kami menuju pantai ini setelah menghabiskan waktu sekita tiga jam di pantai melasti (ulasan mengenai pantai ini ada di postingan sebelumnya. Pantai ini tergolong ramai. Di sepanjang perjalanan menuju pantai ini, terdapat beberapa bangunan mewah yang konon katanya milik Bapak Tomi Suharto. Dusuguhi pemandangan yang berbeda dari perjalanan-perjalanan sebelumnya membuat perjalanan ke pantai ini memiliki kesan tersendiri. Biaya parkir motor yang ditarik adalah sebesar lima ribu rupiah per motor, sedangkan untuk masuk ke pantainya kamu tidak dikenai biaya alis GRETONG. 
Suasana Pantai Dreamland, foto oleh penulis
suasana Pantai Dreamland, in frame : Lisye, foto oleh penulis


Baru saja memarkir motor, kami sudah disambut ibu-ibu pemilik lapak makanan di sekitar parkiran dengan menawarkan barang jajahan mereka. Untuk tidak mengurangi rasa hormat kami untuk mereka, kami pun menolaknya secara halus dengan mengatakan nanti, dan sampai pulangpun kami tidak membelinya. Hahaha parah kan? Semoga kalian tidak mengulangi perbuatan tidak terpuji kami. 
Sebelum memasuki pantai, kami disambut oleh danau alami berwarna hijau lumut yang terbentuk akibat limpahan air laut saat pasang. Di sana kami mengambil beberapa foto, lalu berjalan menyusuri toko-toko baju serta perlengkapan pantai dan beberapa kafe sebelum menginjakkan kaki di pasir putih halus dan panas di sepanjang bibir pantai. 
Walaupun tergolong ramai, pantai ini tetap menampakkan keindahannya. Tebing-tebing yang terkikis air laut sehingga membetuk cekungan-cekungan besar membuatnya menjadi tempat beristirahat yang ramah kantong (mengingat di sepanjang bibir pantai ada bangku kayu berpayung yang diewakan kepada pengunjung).
Bermain dengan air dan ombak, foto oleh Lisye

Berbagai aktivitas bisa dilakukan di pantai ini. Kamu bisa tidur cantik, membaca, mandi, duduk cantik sambil menikmati deru ombak dan hawa pantai, juga berselancar ria.
Setelah mengambil beberapa foto para peselancar yang tengah berselancar di sana, kami pun tergoda untuk menyentuh dan bermain dengan air yang memikat kami dengan keindahan warna dan deru ombaknya. Setelah puas dipermainkan ombak, kami pun segera bergegas ke tempat kami beristirahat tadi untuk bersiap-siap dan menuju destinasi kami selanjutnya di pantai Padang-padang. Baru saja sampai di tempat ini, kami sudah ditawarkan oleh ibu-ibu disana untuk dipijit. hmmmm kami tidak punya dana untuk pijit-memijit buk. Maklum kere. Hehehe.
Mandi sepuluh ribu : BYEEE, foto oleh penulis

Perjalanan kami ke Pantai Padang-padang pun terealisasi dengan basah-basahan. Biasalah untuk menghemat biaya kamar mandi, karena di pantai ini, biaya kamar mandi sepuluh ribu rupiah per sekali mandi. mahal sekali kan? hmmm mungkin bagi kalian tidak, tetapi bagi kami iya.
Sekian dulu ulasan saya tentang pantai ini. Jangan lupa merekam kenangan kamu di sini ya. 



You May Also Like

0 comments