PERTEMUAN LANGIT BIRU, LAUT BIRU BERPADU TOSKA, DAN PASIR PUTIH BERTIMBUN RUMPUT LAUT DI PANTAI MELASTI

by - October 04, 2017

PERTEMUAN LANGIT BIRU, LAUT BIRU BERPADU TOSKA, DAN PASIR PUTIH BERTIMBUN RUMPUT LAUT DI PANTAI MELASTI




Pemandangan pantai dari ketinggian, foto oleh penulis

There is no place like the beach
Where the land meet the sea
And the sea meet the sky

Kutipan dari Umair Sidiqui di atas ingin menyampaikan kepada kepada kita bahwa pantai begitu istimewa. Kutipan ini bukan tanpa bukti. Silahkan mengunjungi pantai-pantai di tempat tinggal kawan-kawan sendiri. Bukan ke pantai namanya kalau tidak membawa oleh-oleh berupa kulit yang gosong sekembalinya dari sana (kok malah jadinya gak nyambung ya? wkwkwk). 
Jadi hari selasa kemarin, kami mengunjungi Pantai Melasti yang letaknya masih di Nusa Dua. Memang kalo berbicara soal pantai di Bali, pantai-pantai di Nusa Dua tidak ada duanya. Setidaknya menurut saya (karena saya belum pernah ke Amed. katanya di sana bagus sekali pantainya).
Karcis masuk, foto oleh penulis

Tampak para pekerja sedang melakukan pembangunan akses ke pantai, foto oleh penulis

Foto oleh penulis


Untuk menuju ke sana, kami harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dan lima belas menit lamanya. Pantai ini belum memiliki gerbang karena masih dalam tahap pengerjaan, sehingga biaya retribusinya ditarik oleh sekelompok Bapak-Bapak (mungkin pengurus desa adat) dengan cara memberikan kode dengan lambaian tangan agar pengunjung berhenti. Kami dikenakan tarif sebesar dua ribu rupiah per orang. Saya memberikan uang sebesar sepuluh ribu rupiah dan langsung memberitahu adik saya untuk segera meninggalkan lokasi itu. Tiba-tiba saya mendengar ada suara yang memanggil kami. Eh ternyata kami dipanggil oleh si Bapak-Bapak tadi karena lupa mengambil kembalian. Akhirnya dengan enggan si adik memutarbalikan motor dan kembali menuju si Bapak. Setelah itu kami dibiarkan untuk melanjutkan perjalanan.
Balai pertemuan, foto oleh penulis
Tampak dua bale-bale untuk bersantai ria di belakang Lisye, foto oleh penulis
Dayang-dayang pasangan yang sedang melakukan sesi foto prewedding di satu-satunya warung di sana, foto oleh penulis
Kondisi kamar mandi umum, foto oleh penulis


Pemandangan terhampar luas di depan mata. Benar kata Taya, warnanya benar-benar indah. seakan mengerti kekacauan-kekacauan yang sempat transit di pikiran selamat ini ; cinta, proposal thesis dan semuanya (ehhh kok curhat? maafkan mahasiswa semester tengah ya). bBenar sekali ia melepaskan semua beban itu. 
Kami memutuskan untuk berfoto sebentar di sisi selatan pantai. Di sana ada sepasang kekasih berwajah oriental yang sedang mengambil gambar untuk prewedding mereka. Tidak lama di sana kami memacu kuda bermesin kami menuju sisi utara pantai. Di sana kami memarkir motor di satu-satunya area yang memiliki beberapa bangunan (dua buah bale-bale untuk bersantai, satu aula setengah tembok, kamar mandi, dan satu warung makan). Menurut salah satu penduduk desa yang kami jumpai di sana balai tersebut bisa dipakai sebagai tempat berkumpulnya klub-klub (apapun kegiatannya). Tidak ada tarif paten yang dibebankan untuk klub-klub tersebut, pengelola hanya meminta dana kebersihan secara sukarela. Hal ini berlaku pula untuk kamar mandinya.
Si abang lagu menunggu kekasih pujaan, foto oleh penulis

Suasana pantai, foto oleh penulis
suasana pantai dua, foto oleh penulis

Setelah berbincang-bincang dengan pemuda tadi kami langsung menuju bibir pantai dengan pasir sehalus tepung terigu. Tidak ada orang di pantai ini, sehingga benar-benar berasa private beach. Setelah mengabadikan beberapa foto, kami pun memanjakan diri dengan merendam kaki kami yang pegal akibat menapaki anak tangga di Pantai Greenbowl dua hari sebelumnya (baca di postingan sebelumnya). Merendam kaki saja, tidak mandi karena kami memutuskan untuk mandi di pantai berikutnya. Setelah puas berendam kami pun kembali ke bibir pantai yang teduh yang dilindungi oleh tebing berbatu putih. Tebing tersebut yang menghalangi matahari sehingga kami membentangkan kain pantai andalan dan mulai berbaring seraya membaca bukunya abang Boy Chandra. Sensasinya? Tidak perlu ditanyakan lagi. Pokoknya ekseplahh (enak-enak sedap).
Membaca dan menikmati pantai, foto oleh penulis

Salah satu kutipan di buku Bang Boy, foto oleh penulis


Di pantai ini bakalan banyak ditemukan rumput-rumput laut yang terhempas ombak. jadi kalau kamu melihat ada bongkahan-bongkahan warna-warni di atas permukaan pasir di foto, jangan mengira itu sampah ya.
Sekian dulu coretan saya tentang langit biru ini. Semoga kamu bisa segera kesini karena jika kamu berniat mengunjungi sebulan atau dua bulan ke depan, saya prediksikan pantai ini bakalan ramai dan dikenakan tarif yang lumayan tinggi.

BACA JUGA :

GREENBOWL : PANTAI TERSEMBUNYI DI SISI SELATAN PULAU DEWATA

ONE DAY TOUR : ALING-ALING, KROYA, PUCUK, DAN KEMBAR

Pantai Nyangnyang : Ketika Mentari Kembali ke Peraduannya

MELAWAT KE KAMPUNG WAEREBO : MAGNET WISATA DI PULAU BUNGA

You May Also Like

0 comments