Thailand Trip -- Mekong River Hoping Ala Ala

by - December 09, 2017



Asiatique view from boat, foto oleh Taya

Selesai mandi dan siap-siap, saya segera menuju lantai dua ke kamar Taya dan Nonny. Saya mengetuk pintu kamar mereka, dan langsung disambut sahutan Nonny bahwa Taya masih sholat. Biar tidak bengong depan kamar mereka, saya pun memberi tahu Nonny kalau saya menunggu mereka di front office. Saya kemudian bergegas ke bawah. Sekitar tujuh menitan menunggu dan tidak ada tanda-tanda bahwa mereka ada turun (mungkin gantian Nonny yang sholat), saya pun mengirim pesan bahwa saya ke depan hostel sebentar, nanti kalau sudah selesai sholatnya dan mau turun ke bawah, saya minta mereka untuk mengabari saya. 
Boat gratisan, foto oleh Taya

Kebetulan malam itu di depan hostel digelar night market yang menjual berbagai macam kebutuhan sandang. Saat saya ke depan teryata mereka turun, dan terjadilah adegan saling mencari. Selang dua menitan saya memeriksa HP dan melihat ada chat dari Taya yang menanyakan saya ada dimana. Saya kemudian menuju depan hostel dan melambaikan tangan ke depan mereka berdua dari seberang jalan.
Tidak ingin membuang-buang waktu, kami pun segera menuju Bangkrak Food Center untuk membeli makan. Sumpah perut kami benar-benar keroncongan saat itu. Hari itu saya hanya sarapan nasi di jam 8 pagi sebelum menuju bandara. 
Tidak lupa bernarsis ria di depan Asiatique, foto oleh Nonny

Saat berada di pesawat, yang notabene sudah saatnya untuk makan siang, kami benar-benar lapar, apalagi saat mencium aroma kari ayam dari beberapa penumpang yang telah memesan makan siang. Sebagai informasi Low Cost Carrier seperti Air Asia tidak menyediakan makan siang bahkan snack untuk penumpang, padahal saat itu penerbangan menuju Bangkok memakan waktu 4 jam. ingin rasanya kami memesan makanan lewat pramugari yang lalu lalang mengantarakan makanan kepada beberapa penumpang tadi, tetapi harga makanan itu terlalu mahal buat kantong budget traveler seperti kami.
Waktunya ibu ketua panitia bernarsis, foto oleh Nonny

Setelah menunda makan selama beberapa jam, akhirnya sekitar jam 7 malam itu kamipun mengisi ruang tengah kami dengan dua porsi Phad Thay untuk Taya dan Nonny, juga satu porsi Grilled Pork untuk saya. Rasanya nikmat tak terhingga. Lambung seakan berjingkrak-jingkrak saking bahagianya diberi energi lagi setelah beberapa saat vakum. Betapa susahnya kami mencari minum di sela-sela makan itu. Kami trpaksa membeli es kelapa di pinggir jalan sekitar food center itu.
Setelah lambung kami terisi penuh kami segera bergegas menuju pelabuhan river boat tujuan Asiatique dengan berjalan kaki. Desi yang sudah duluan kesana memberi tahu kami bahwa boat menuju Asiatique tidak dikenakan biaya alias GERATISTISTIS. ahhh suka kalilah mendengar kata ajaib itu.
Penampakan kafe dan resto tepi sungai, foto oleh Taya

Di sana kami mengantri di dua barisan panjang sekitar dua meter masing-masingnya. Beberapa saat kemudian boat yang akan mengangkut kami menuju Asiatique menampakkan dirinya. Kami pun segera menaikinya. Kami memilih kursi di pinggir biar bisa dengan leluasa menikmati hingar bingar kota metropolitan dari atas Sungai Mekong yang fenomenal ini. Tak lupa pula kami mengabadikan beberapa gambar sebagai kenang-kenangan. Berasa lagi melakukan river hoping. Lol. Sungguh kami merasakan suasana yang berbeda, apalagi ditambah dengan bahasa-bahasa planet yang kami dengar di samping kami. Setelah membelah sungai mekong selama kurang lebih 7 menit, kami pun akhirnya tiba di tempat tujuan kami.
Menteri keuangan berpose manjah ala Syahrono di depan salah satu boutique di Asiatique, foto oleh Taya

Sebelumnya saya menebak Asiatique ada sejenis mall, tetapi dugaan saya melenceng jauh. Tempat ini lebih seperti pasar malam tetapi dengan konsep yang lebih mewah dan elegan. Beberapa restoran dan kafe berdiri di pinggir sungai, sehingga pelanggannya bisa menikmati santap malam atau sekedar ngopi dengan view Sungai Mekong juga lampu-lampu yang bertebaran di sekitarnya. Di bagian dalamnya juga ada beberapa lapak yang menjual kebutungan pangan sampai sandang. Tempatnya sangat tertata rapi. tidak ada pedagang yang memanggil-manggil pengunjung untuk membeli barang dagangannya, seperti di beberapa tempat di Indonesia. 
Suasana Pasar 1, foto oleh Taya

Saya suka tempatnya. Fasilitasnya pun sangat lengkap, mulai dari toilet yang super bersih, sampai money changer ada di sana. Di sana juga terdapat bianglala yang bisa dipakai untuk bermain dengan biaya sekitar 80 ribu per orang per sekali main. Kami tidak sempat bermain di bianglala bertuliskan mekong itu karena selain tidak ramah bagi kantong budget traveler seperti kami, saya tidak berani bermain api dengannya. Kelihatannya sangat menakutkan. Kami hanya sekedar berfoto-foto di depan salah satu ikon kota Bangkok tersebut. 
Suasana pasar 2, foto oleh Taya
Kekitar jam 10 kami segera merapat ke pelabuhan river boat untuk kembali ke hostel. Sebelum ke hostel kami ke seven eleven dulu untuk membeli minum. Awalnya hanya berniat untuk membeli minum botolan, tetapi ketika sampai di TKP kami menemukan nestle galon dengan harga yang lebih murah jika dikalkulasikan dengan hitungan liter dalam setiap botolnya. Kamipun segera memboyong satu liter nestle galon tersebut ke hostel untuk teman makan kami keesokan harinya sampai membawanya ke Pak Chong dua hari berikutnya. Lol. Dasar budget traveler ya.
Narsis cantik depan salah satu ikon Kota Bangkok, foto oleh Nonny


  


You May Also Like

0 comments