PESONA MATAHARI TERBENAM DAN CAFE TEPI TEBING DI PANTAI SULUBAN

by - October 03, 2017

PESONA MATAHARI TERBENAM DAN CAFE TEPI TEBING DI PANTAI SULUBAN
Saat matahari kembali ke peraduannya, in frame Rita Qi,
foto oleh Penulis


Matahari terbenam
Hari mulai malam

Itulah sepenggal lagu yang biasa saya dengarkan di masa kanak-kanak saya. Dulunya syair lagu ini hanya lancar dilafalkan saat saya bernyanyi, tanpa tahu betapa mengagumkannya proses terbenamnya matahari ini, apalagi makna dibaliknya. 
Saya mulai suka melihat matahari terbenam saat saya pindah ke pulau ini (baca : Bali), setelah pertama kali saya menikmati matahari terbenam di Pantai Balangan. Ternyata matahari terbenam memberikan efek yang luar biasa. Makna dibaliknya mengajarkan kita bahwa betapapun sulitnya hidup ini, ia akan selalu bermuara pada keindahan ketika saatnya telah tiba, seperti salah satu quote Kristen Butler di bawah ini.

Sunsets are proof that no matter what happens
Every day can end beautifully

Perjalanan ke Pantai Suluban dan Sambutan Sang Monyet
Tempat Parkir, foto oleh penulis

Si cantik, foto oleh penulis


Setelah puas menikmati pantai Greenbowl dengan keindahan dan kedamaiannya (lihat di postingan sebelumnya), kami pun bertolak ke Pantai Suluban untuk menikmati proses matahari terbenam. Perjalanan dari pantai Greenbowl ke Pantai Suluban memakan waktu sekitar 30 menit. 
Sesampainya  di parkiran motor, kami disambut dengan keributan para pemilik kios yang letaknya tidak jauh dari lahan parkir karena mereka dijahili oleh seekor monyet. Setelah motor kami terparkir rapi, sang monyet pun melarikan diri dengan memanjat ke salah satu pohon. Duhhh cantiknya sang monyet dengan latar langit biru serta pohon tak berdaun yang ia panjat. Saya tidak bisa melewatkan momen ini. Akhirnya saya meminjam kamera Lisye dan mengambil beberapa gambar dirinya. 
Biaya parkir motor di pantai ini dua ribu rupiah per motor dan masuk ke pantainya gratis. Untuk menuju ke pantai kita harus menapaki beberapa anak tangga, tetapi tidak seekstrim perjalananan menuju pantai Greenbowl. 
Papan selamat datang, foto oleh penulis


Cafe di Tepi Tebing

Tangga menuju cafe, foto oleh penulis

Pantai sisi utara dengan pemandangan kafe tepi tebingnya, foto oleh penulis



Setibanya di pantai kami disajikan pemdangan batu-batu raksasa yang membatasi dua sisi pantai (utara dan selatan) serta membentuk terowongan kecil di sisi selatan dan terowongan besar di sisi kiri. di tengah kedua sisi terowongan ada batu kapur besar, dan di sana tertera nama sebuah cafe serta penunjuk arah menuju cafe tersebut. Batu besar di tengah kedia terowongan ini sudah dipahat menjadi anak-anak tangga sebagai jalan menuju ke cafe tersebut. 
Kami lalu memutuskan untuk terlebih dahulu menjelajahi sisi utara pantai. Tidak banyak yang bisa dilakukan di sisi selain mandi dan duduk-duduk cantik karena bibir pantainya yang relatif pendek. Kami hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menitan di sana, lalu dilanjutkan menuju sisi selatan pantai. Untuk menuju ke sisi selatannya kami harus menunduk melewati terowongan kecil dan pendek, tetapi ini seru kawan.

Menikmati Matahari Terbenam bersama Teman Baru dari Negeri Tirai Bambu


Suasana pantai di sisi selatan, foto oleh penulis




bangkai-bangkai kapal, foto oleh Lisye

In frame Lisye, foto oleh penulis

Dibandingkan dengan Pantai Greenbowl, pantai ini tergolong ramai, tetapi tidak seramai pantai Kuta dan Pandawa. di sisi selatan ini, berbagai aktivitas di lakukan. Ada yang berjemur, mandi, membaca buku, mandi, jualan, dan surfing. Uniknya di sisi selatan ini, kami banyak menjumpai kapal-kapal yang telah rusak, sehingga bisa dijadikan tempat berteduh sembari menunggu matahari kembali ke peraduannya. 
Kami lalu memutuskan untuk membentangkan kain pantai yang kami bawa  lalu berbaring sambil menikmati suasana pantai. setelah puas berbaring, kami menuju air untuk berendam sambil menikmati pecahan ombak yang membentur tubuh. Sungguh nikmat. 
Di saat berendam ini kami berkenalan dengan salah satu pengunjung pantai ini yang berasal dari negeri China. Namanya Rita Qi. Kami pun mulai berbagi cerita. Si kawan mengatakan bahwa ia sangat menikmati alam Indonesia. saya lalu bertanya, bagaimana dengan negeri pesaing kita (Thailand). "kalau soal alam, Indonesia lebih Indah" balasnya. Ah bangganya saya sebagai orang Indonesia. sesi obrolan pun berlanjut, lalu kami saling mengambil beberapa gambar diri kami serta bertukar kontak, dan akhirnya menikmati matahari terbenam. Sungguh indah karya ciptaanmu Tuhan.
Foto bersama Rita Qi, kawan baru dari China

Tarif kamar mandi, foto oleh penulis

You May Also Like

0 comments