MENGENAL LEBIH DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT ENDE LIO : UPACARA PEI HOLO KAMBA DAN POTO WATU NITU PAI

by - September 02, 2017




Upacara pemberkatan kerbau secara adat untuk kemudian disembelih, foto oleh penulis

Hari Sabtu 24 Juni 2017 merupakan hari bersejarah bagi Suku Kewa Woda yang terletak di Kampung Wolomage, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende. Hari tersebut adalah hari berkunjungnya Bupati Ende, Bapak Marselinus Y. W. Petu beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ende ke Kampung Wolomage. Kunjungan tersebut bukan tanpa maksud. Hari itu bertepatan dengan upacara adat Poto Watu Nitu Pa’i dan Pe’i Holo Kamba. Jika diterjemakan dalam Bahasa Indonesia kira-kira beginilah artinya “memasukan benda-benda pusaka adat dan meletakkan kepala kerbau”. Secara lengkap mengenai upacara tersebut akan dijelaskan di bawah.

Acara Penyambutan

Tarian penyambutan, foto oleh Bapak Gregorius Habo

Rangkaian acara ini diawali dengan upacara penyambutan rombongan Bupati Ende beserta jajarannya. Sambutan adat dari Boge Hage (Menurut Bapak Vinsensius Tani, dalam adat Lio ada tiga struktur adat, yang paling tinggi adalah Mosalaki Pu’u, lalu Ria Bewa, kemudian Boge Hage, dan Aji Ana) Kewa Woda mengawali acara penyambutan, dilanjutkan dengan upacara pengalungan. Kalau di Bali biasanya menggunakan kembang Jepun, lain halnya dengan di Flores umumnya, kampung Wolomage khususnya. Di tempat ini, pada upacara yang dimaksud di atas, selendang tenun dihiasi bunga-bunga kertas diselempangkan di bahu Bapak Bupati beserta lima orang pejabat lainnya, yakni Asisten 1 (Bapak Cornelis Wara), Asisten 3 (Bapak Yosef Tote), Kepala Dinas Pehubungan (Bapak Bernabas Wangge), Kepala Badan Kepegawaian Daerah (Bapak Kons Djara) dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bapak Albert Yani). Sembari upacara pengalungan, Nggo Wani (musik adat) dimainkan dan ibu-ibu penari mengunjukkan kebolehannya dengan tarian selamat datang. Setelah selendang dikalungkan, rombongan Bapak Bupati diajak menuju salah satu rumah yang telah disiapkan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati air putih.

Poto Watu Nitu Pa’i
Mera leka Kuwu/duduk di bale-bale adat, foto oleh Bapak Anselmus Sega
Selanjutnya Bapak Bupati beserta jajarannya diminta untuk mengenakan sarung adat karena akan dilangsungkan upacara adat pertama, yakni Poto Watu Nitu Pa’i. Untuk mengundang Bapak Bupati menuju Rumah Adat, pertama-tama ibu-ibu penari menarikan sebuah tarian khas daerah Ende Lio, yakni tarian Wanda Pa’u (selendang bergilir). Menjelaskan sedikit mengenai tarian Wanda Pa’u, ibu-ibu penari tersebut menari menggunakan selendang tenun ikat, tetapi ukurannya lebih besar daripada selendang yang dipakai saat pengalungan. Selendang tersebut kemudian dilemparkan atau diberikan kepada sasaran yang dituju agar sang sasaran tersebut menari juga. Pada kesempatan kali ini sasaran utama tarian wanda pa’u adalah Bapak Bupati beserta jajarannya. Setelah tarian Wanda Pa’u Bapak Bupati beserta jajarannya diajak oleh Ria Bewa (Sesepuh Adat) menuju ke Rumah Adat yang baru selesai dikerjakan. Di waktu yang sama, para anak cucu dari Nenek Kewa Woda memindahkan benda-benda pusaka adat yang sakral dari 10 keturunan ke belakang dari tempat penyimpanan sementara ke Rumah adat (One Ria dalam bahasa Lio) tersebut untuk selamanya diletakkan di rumah tersebut.

Pe’i Holo Kamba

Peletakkan Kepala Kerbau, foto oleh Bapak Anselmus Sega
Acara selanjutnya adalah pemberkatan Kerbau Jantan secara adat, yang menurut salah satu toko adat, Bapak Vinsen Laka dibeli seharga 17 juta rupiah. Setelah diberkati, kerbau tersebut kemudian digiring ke belakang untuk dipenggal kepalanya. kemudian, kepala yang telah dipenggal dibawa ke rumah adat oleh dua orang anggota keluarga besar Kewa Woda dengan diiringi bahasa-bahasa adat lalu kepala tersebut diletakkan di depan rumah adat sebagai pijakan atau tangga rumah. Menurut Bapak Vinsen Laka, kepala kerbau tersebut bisa bertahan sangat lama. “Kepala kerbau tersebut bisa bertahan sampai kamu beranak cucu”tuturnya. Menurut Bapak Vinsensius Tani, kepala kerbau ini merupakan lambang kebesaran sebuah rumah adat.

Acara Penyerahan Bantuan

Penyerahan DO belanja bantuan untuk Kapela Stasi Detupera
Setelah dua acara inti berlalu, pihak keluarga, Ria Bewa, serta Bapak Bupati diperkenankan memberikan sepatah dua kata. Dalam kesempatan ini, Bupati Ende,  Bapak Marselinus Y.W. Petu sekaligus menyerahkan bantuan dana untuk merenovasi kapela Stasi Detupera yang sebelumnya diberi bantuan sebesar 250 sak semen, namun masyarakat setempat meminta 100 sak semen diganti dengan 100 batang besi. Pada kesempatan yang sama, Bapak Bupati merespon permintaan dari masyarakat untuk membangun Sekolah Menengah Pertama di Desa tersebut.”Kalau tidak ada hambatan, sekolah tersebut bisa mulai dibangun tahun depan, bahkan tahun ini” ujarnya dalam sambutannya. Rencana pembangunan sekolah ini disambut hangat oleh Ria Bewa dengan menyerahkan sebidang tanah untuk keperluan pembangunan gedung sekolah tersebut secara resmi. 

BACA JUGA :

MELAWAT KE KAMPUNG WAEREBO : MAGNET WISATA DI PULAU BUNGA

JATILUWIH : MANIFESTASI BUDAYA MASYARAKAT BALI

Keladi Raksasa, Pohon Cinta, dan Pohon Hamil : Daya Tarik Kebun Raya Gianyar

EKSOTISME LOKASI SYUTING FILM EAT PRAY LOVE, PANTAI PADANG-PADANG


You May Also Like

2 comments