PANGAN DAN KEARIFAN LOKAL
Baru-baru ini Indonesia dihebohkan oleh kedatangan
Chef kondang dari Inggris Raya, Chef Gordon Ramsay. Sang chef berkolaborasi
dengan Chef Wiliam Wongso yang juga merupakan chef terkenal skala asli Indonesia. Singkat
cerita sang Chef memilih untuk memasak hidangan rendang dalam kunjungannya
tersebut. Akan tetapi setelah melihat penampakan dari masakan yang katanya "rendang" tersebut, banyak Urang Minang yang memprotes hasil
masakan sang chef. Kata mereka hidangan itu disebut kalio di daerah asal
mereka. Rendang dan kalio berbeda. Menurut mereka kalio merupakan rendang setengah
jadi. Rendang yang memikat hati
Perbedaan antara kalio dan rendang terdapat pada
lama waktu yang digunakan untuk mengolahnya, warna masakan serta tingkat
kekeringan masakannya. Kalio membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam, sedangkan
rendang sekitar tujuh sampai delapan jam di atas api selama proses
pengolahannya. Oleh karena waktu masaknya lama relatif lebih singkat, tekstur
kalio lebih basah serta warna dagingnya lebih terang (kuning). Sedangkan
rendang memiliki tekstur yang kering dan warna masakannya coklat kehitaman.
Merujuk dari komentar urang aseli Minang tersebut,
saya teringat pada hasil masakan sendiri yang saya klaim sebagai rendang.
Menjadi hobi saya untuk mencoba berbagai resep makanan yang dibaca dari mbah
google. Bermula dari masakan sederhana seperti kering tempe, akhirnya saya
mencoba masakan yang lebih menantang yakni kalio, yang sebelumnya saya klaim
sebagai rendang tersebut.
Secara sepintas, salah penyebutan makanan tersebut
tidak menjadi persoalan bagi orang banyak. Akan tetapi, bagi orang yang
mencintai budaya serta paham identitas dirinya, hal tersebut menjadi masalah
besar. Ya, makanan merupakan produk budaya dari daerah dimana ia dihasilkan. Makanan
yang dihasilkan dari daerah tertentu memiliki sejarah dan folosofi tersendiri. Berdasarkan
sebuah artikel yang dimuat di tirto id, istilah “rendang” berasal dari kata “marandang”
yang bermakna “secara lambat”. Hal tersebut merujuk pada lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan masakan tersebut, yakni sekitar tujuh sampai
delapan jam.
Bagi masyarakat Minang, rendang memiliki 3 makna tentang sikap, yaitu
kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan. Ketiga unsur ini dibutuhkan dalam
proses memasak rendang, termasuk memilih bahan-bahan berkualitas untuk
membuatnya, sehingga terciptalah masakan dengan citarasa tinggi.
Setiap masakan tentunya
memiliki sejarah dan filosofi tertentu, sehingga salah penyebutan dari nama
masakan tertentu akan menuai banyak protes dari masyarakat yang merasa memiliki
budaya tersebut. Produk budaya tersebut tercipta setelah melalui proses panjang
dan melewati trial and error yang jumlahnya tidak sedikit itu. Penyebutan
nama masakan yang benar juga merupakan salah satu bentuk penghormatan dan
ucapan terimakasih dari Masyarakat Minang terhadap leluhurnya yang sudah
menghasilkan produk masakan yang begitu legendaris bahkan pernah dinobatkan
sebagai makanan terenak di dunia empat kali berturut-turut. Tabe.
0 comments