TENTANG BERHARGANYA SEBUTIR NASI

by - June 17, 2019


Waktu kecil di rumah saya sering dimarahi mama ketika tidak menghabiskan makanan di piring. Saya diajarkan untuk bersyukur dan menghargai makanan. Mamatua beri contoh nyata beberapa orang di sekitar kami yang begitu sulit memenuhi kebutuhan Pangan mereka, bahkan untuk membeli satu kilo beras pun sangat susah. Bayangkan waktu kecil (SD kira2) saya sudah dijejali pemikiran seperti itu. Kata2 mama yg selalu saya ingat ketika kami mulai buang2 dan pilih2 makanan saat itu (mengingat saya dan adik saya Silvino Tani sangat kurus kering) adalah "Kami malu e orang lihat BapaMama badan gemuk2, kamu dua kurus sekali. Orang kira kami tidak kasih makan". Setelah beberapa kali kata2 mutiara itu keluar saya selalu berusaha untuk bertanggungjawab atas makanan yg sudah saya ambil, walaupun kadang masih ada kebocoran disana-sini. Hehehe
Beberapa tahun kemudian saya melanjutkan pendidikan ke tahap yg lebih tinggi, SMP dan saya dimasukkan ke asrama susteran sekolah. Disana aturan mengenai menghabiskan makanan sangat ketat. Tidak boleh ada makanan yg terbuang, kecuali remah2 makanan. Tahu apa konsekuensinya kalau kedapatan membuang makanan? Satu anggota meja makan (biasanya 8 orang) harus memakannya kembali, walaupun sudah tercampur dgn makanan2 sisa dari 8 piring yg berbeda, bahkan dengan air bekas cucian tangan setelah makan. Hmmm yakin? Yakin ferguso karena saya pernah mengalaminya. Mulai saat itu saya benar2 berusaha menghabiskan makanan asrama, walaupun menunya jauh lebih buruk dari menu di rumah (bayangkan 2-3 orang karyawati harus meyiapkan makanan untuk 150an anak asrama Putri untuk 3 kali makan dalam sehari). Saya semakin bertanggungjawab ketika Kaka kelas saya, yang kebetulan satu meja makan di asarama pernah bilang " kalau lu buang2 makanan, lu punya rejeki juga Tuhan potong". Saya tidak mau rejeki saya dipotong ferguso. Saya bersyukur sekali waktu itu, kelas 2 saya ditempatkan dalam satu meja yang sama dengan teman saya yg super bijak GabrielLa Mega dan dia pernah bilang ke teman2 satu meja, kira2 bgni kalimatnya "saya punya Opa bilang kalau kita buang satu biji nasi, kita akan ditahan 8 tahun di api penyucian. Bayangkan sudah kalau setiap hari kita buang 30 biji nasi, berapa tahun sudah kita ditahan di sana". Gaess mulai saat itu tidak ada satu biji nasi pun yg tersisa di piring saya, kecuali sudah terkontaminasi sambal karena saya paling tidak tahan sama yang namanya pedas.
Waktu tahun2 terakhir saya kuliah di Jogja saya bertetangga kamar dengan Nona Toraja Arrang Pawarrangan dan dia menceritakan sebuah cerita inspiratif perihal menghabiskan makanan di piring oleh gurunya semasa SMA. Ini penggalan ceritanya "saya punya guru pernah omong begini kaka 'sudah berapa tahun kalian mengambil makanan sendiri? Sudah lama kan? Jadi kenapa kalian tidak bisa menakar porsi kalian masing2' ternyata benar juga e".
Lalu waktu melanjutkan kuliah di Bali saya sering ditraktir seorang teman kelas asal Papua, orangnya baik sekali. Kan kalau makan saya tidak menyisakan satu biji makananpun kan, jadi Kaka ini mengira saya masih lapar dan diam2 memesan tambah makanannya, dan terpksa saya harus menghabiskannya walaupun setelah makan, bahkan untuk berdiri pun saya tidak sanggup lagi. Padahal kan saya makan" sampai bersih karena tanggungjawab.
Kemudian kemarin kan saya makan di rumah Ibu Kos (inilah alasan kenapa saya tulis status panjang lebar ini), trus lauknya kan ikan tembang. Saya ambil ikannya satu ekor, lalu setelah daging2nya sudah tercerna di lambung saya mulai masuk ke bagian favorit saya, isap2 tulangnya yg ada itam2nya dan mamtua kira saya masih mau makan ikan, trus mamatua bilang "ikan ada banyak2 tu kenapa Kaka makan tulangnya, ambil lagi saja ikannya". Yahhh, padahal kan saya mau menghabiskan ikannya biar tida ada bagian yg mubazir.
Inti dari tulisan ini adalah hargailah makanan yg ada di depan mata, ambilah sesuai dengan kesanggupan untuk menghabiskannya karena hal itu merupakan tanggungjawab kita. Kita tidak tahu ditempat lain orang2 terserang penyakit bahkan meninggal karena tidak memperoleh akses makanan yang layak. Tabe🙏
Sumber gambar : masfikr.com

You May Also Like

0 comments