PANGAN DAN KEARIFAN LOKAL

by - July 07, 2020

Rendang yang memikat hati

Baru-baru ini Indonesia dihebohkan oleh kedatangan Chef kondang dari Inggris Raya, Chef Gordon Ramsay. Sang chef berkolaborasi dengan Chef Wiliam Wongso yang juga merupakan chef terkenal skala asli Indonesia. Singkat cerita sang Chef memilih untuk memasak hidangan rendang dalam kunjungannya tersebut. Akan tetapi setelah melihat penampakan dari masakan yang katanya "rendang" tersebut, banyak  Urang Minang yang memprotes hasil masakan sang chef. Kata mereka hidangan itu disebut kalio di daerah asal mereka. Rendang dan kalio berbeda. Menurut mereka kalio merupakan rendang setengah jadi.

Perbedaan antara kalio dan rendang terdapat pada lama waktu yang digunakan untuk mengolahnya, warna masakan serta tingkat kekeringan masakannya. Kalio membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam, sedangkan rendang sekitar tujuh sampai delapan jam di atas api selama proses pengolahannya. Oleh karena waktu masaknya lama relatif lebih singkat, tekstur kalio lebih basah serta warna dagingnya lebih terang (kuning). Sedangkan rendang memiliki tekstur yang kering dan warna masakannya coklat kehitaman.

Merujuk dari komentar urang aseli Minang tersebut, saya teringat pada hasil masakan sendiri yang saya klaim sebagai rendang. Menjadi hobi saya untuk mencoba berbagai resep makanan yang dibaca dari mbah google. Bermula dari masakan sederhana seperti kering tempe, akhirnya saya mencoba masakan yang lebih menantang yakni kalio, yang sebelumnya saya klaim sebagai rendang tersebut.

Secara sepintas, salah penyebutan makanan tersebut tidak menjadi persoalan bagi orang banyak. Akan tetapi, bagi orang yang mencintai budaya serta paham identitas dirinya, hal tersebut menjadi masalah besar. Ya, makanan merupakan produk budaya dari daerah dimana ia dihasilkan. Makanan yang dihasilkan dari daerah tertentu memiliki sejarah dan folosofi tersendiri. Berdasarkan sebuah artikel yang dimuat di tirto id, istilah “rendang” berasal dari kata “marandang” yang bermakna “secara lambat”. Hal tersebut merujuk pada lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan masakan tersebut, yakni sekitar tujuh sampai delapan jam.

Bagi masyarakat Minang, rendang memiliki 3 makna tentang sikap, yaitu kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan. Ketiga unsur ini dibutuhkan dalam proses memasak rendang, termasuk memilih bahan-bahan berkualitas untuk membuatnya, sehingga terciptalah masakan dengan citarasa tinggi.

Setiap masakan tentunya memiliki sejarah dan filosofi tertentu, sehingga salah penyebutan dari nama masakan tertentu akan menuai banyak protes dari masyarakat yang merasa memiliki budaya tersebut. Produk budaya tersebut tercipta setelah melalui proses panjang dan melewati trial and error yang jumlahnya tidak sedikit itu. Penyebutan nama masakan yang benar juga merupakan salah satu bentuk penghormatan dan ucapan terimakasih dari Masyarakat Minang terhadap leluhurnya yang sudah menghasilkan produk masakan yang begitu legendaris bahkan pernah dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia empat kali berturut-turut. Tabe.  


 




You May Also Like

0 comments