Thailand Trip -- Dari Mobil sampai Pesawat : Pengalaman Buruk Dalam Sehari
Antusiasme tiga darah 24, foto oleh Ulfa |
Malam
itu juga Bli Angga berkunjung ke kosan untuk mengantar kamera yang akan kami
sewa empat hari ke depan. Kami begitu antusias bercerita tentang apa saja yang
akan kami lakukan di sana. Dengan waktu tidur yang hanya tiga jam saya begitu
bersemangat bangun pagi-pagi keesokan harinya dan segera bersiap menuju bandara.
Jam 5 pagi kami bertolak dari kosan. Nonny memesan gokar dan drama Bapak gokar pun terjadi. Si Bapak sangat sulit menemukan
alamat kami, padahal biasanya kami memesan taksi pakai aplikasi juga
Bapak-bapak taksi onlinenya tidak sulit menemukan alamat kami. Si Nonny bolak-balik menelepon
Bapaknya karena di aplikasi kami mendapati bapaknya hanya berkutat gang di depan jalan waturenggong sampai ke pertigaan sebelum belok kiri ke kosan. Kesal karena kelamaan, kami pun berniat
untuk membatalkan pemesanan kami, namun hati kecil kami masih memiliki rasa iba
karena bapaknya sudah dekat dengan tempat kami.
Tak lama berselang, setelah telepon terakhir
Nonny, kami melihat Bapaknya di pertigaan. Kami lalu mengintruksikan Bapaknya untuk
berbelok ke kiri. Kami pun lega. Kami mengira bahwa drama itu sudah berakhir, eh
ternyata masih ada kelanjutannya saudara-saudara. Setelah kami naik ke mobil,
si bapak tadi mengatakan kalau mobilnya tidak bisa mengantret jika menjemput2
kami di depan kosan. Sumpah bapaknya kebangetan lebaynya. Biasanya juga sopir
lain bisa menjemput sampai depan kosan, bahkan sampai masuk ke dalam pagar. Jadi
sebenarnya dia menyuruh kami untuk berjalan kaki ke pertigaan.
Bapaknya kemudian ngambek. Kami telah
memintanya untuk mempercepat laju mobil karena kami sudah agak terlambat,
tetapi Bapaknya malah pelan-pelan jalannya. Sumpah kami dongkol setengah mati
sama Bapaknya. Alhasill kami pun hanya memberikan dua dari lima bintang untuk si
Bapak, yang artinya buruk. Mampuslah.
Kesialan kami ternyata tidak berhenti di
sittu. Sesampainya di Bandara kami berbaris di antrian check in yang telah
mengular, saking banyaknya penerbangan hari
itu. Sambil mengantri kami pun mengontak teman kami di jakarta untuk segera ke
bandara, dan ternyata dua sudah di bandara juga, padahal penerbangannya sejam lebih
lambat dari penerbangan kami. Antusiasme anak yang akan ke luar negeri sangat
berlebihan sodara-sodara. Ya itulah kami 4 anak gadis usia 24 tahun. Darah muda
dengan rasa penasaran yang tinggi telah menghantui kami.
Suasana Bandara pagi itu. |
Lutut kami begitu lemas ketika di kabarkan
oleh si Mas hitam manis tinggi kurus, petugas check in bahwa penerbangan
kami ditunda oleh karena abu gunung agung yang baru saja menyemburkan lahar panas
dengan ganasnya. Okay, kami tahu bahwa pemilik daratan tertinggi Pulau Bali
baru saja mengamuk, tetapi kami tidak menyangka bahwa efeknya penerbangan kami
akan ditunda.
Syukurnya si mas menginformasikan bahwa kami bisa menjadwalkan ulang
penerbangan kami. Dia lalu menanyakan kapan kami mau mengganti jadwal terbang kami. Dengan lantang kami menjawab kami mau terbang besok. Eh
ternyata besoknya penerbangan dibatalkan lagi, karena kondisi terkini tidak memungkinkan
untuk melakukan penerbangan. Kami lalu harus ke kantor Air Asia yang jarakya
lumayan jauh dari kosan untuk menjadwalkan ulang penerbangan kami. Akhirnya
setelah tertunda 4 hari, kamipun bisa terbang ke negeri impian kami. Terimakasih Tuhan.
Adakah di antara teman-teman yang punya pengalaman
serupa dengan kami? Kalau ada ceritakan di kolom komentar ya.
0 comments