Thailand Trip -- Pengalaman Naik Angkutan Umum di Thailand
Angkutan Kota (ini foto bis lainnya, jurusan Sai Tai Mai--Phaya Thai, bukan dari bandara). dari bandara bis nomor A1, foto oleh Taya |
Dalam
beberapa tahun terakhir, wisatawan yang berkunjung ke negara-negara berkembang,
khususnya negara-negara ASEAN mengalami trend peningkatan, tidak terkecuali ke
Indonesia dan Thailand. Dikutip dari penyataan menteri pariwisata, Arief Yahya
pada travel.kompas.com, wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia
pada periode bulan Januari sampai Oktober 2016 berjumlah 9.403.614 wisman, sedangkan
pada periode yang sama ada 27.076.308 wisman berkunjung ke Thailand. Usut punya
usut ternyata tata kelola juga infrastruktur Thailand yang bagus merupakan salah
satu hal yang mempengaruhi tingginya jumlah wisatawan di negari seribu pagoda tersebut.
Saya
lalu bertanya kembali ke diri saya sendiri “masa hanya karena infrastruktur
yang bagus, Thailand bisa mengalahkan Indonesia yang alam dan budayanya begitu
kaya?”pertanyaan ini semakin berkecamuk ketika saya bertemu dengan
salah satu solo traveler asal China saat menikmati matahari terbenam di PantaiSuluban dua bulan lalu. Rita Qi namanya. Ketika ditanyai pendapatnya mengenai perbandingan
antara alam Indonesia dan Thailand, tanpa ragu dia mengatakan bahwa alam
Indonesia jauh lebih Indah. Lalu mengapa orang mau mengunjungi Thailand?
Mesin kasir ajaib (abaikan muka lelah Nonny), foto oleh Taya. |
Sejak
saat itu terbersit dalam pikiran saya untuk mengunjungi Thailand suatu saat
nanti. Ya negara ini masuk dalam daftar negara yang harus saya kunjungi paling
tidak sekali seumur hidup saya. Ketika keluar dari pintu bandara (baca kisah
perjalanan kami dari Ngurah Rai ke Don Mueang disini), kami disambut oleh
angkutan umum berwarna kuning di pelataran bandara. Mengenai angkutan-angkutan
umum di Thailand sudah dicari tahu informasinya oleh Taya melalui internet
berminggu-minggu sebelum keberangkatan, sehingga Taya patut kami daulatkan
sebagai ketua panitia dalam perjalanan dengan tema “happy traveling” yang hanya tersisa tiga anggota ini.
Tempat pembelian tiket BTS |
Kami
segera berlari menuju angkutan ini dan mencari tempat duduk di belakang si
pengemudi. Setelah 5 menit “ngetem” bis pun melaju membelah jalanan kota
Bangkok. Sang kondektur atau “kenek” bahasa gaul anak Jekerdahh, yang merupakan seorang
perempuan (setelah beberapa kali bolak balik naik bus di Kota Bangkok, kami
baru menyadari bahwa memang rata-rata kenek di Thailand adalah perempuan) kemudian menagih biaya tumpangan sebesar 30 Baht per orang. Kami terpanah ketika kondektur
ini begitu cekatan menerima uang yang kami bayar dan melipatnya dalam mesin
kasir sederhana yang berbentuk seperti kaleng, yang saya sendiri tidak mengerti bagaimana caranya. Karena itu,
setiap kali naik bus angkutan kota adegan itu merupakan tontonan menarik yang
tidak pernah mau saya lewatkan.
Mengisi Koin |
Setelah
kurang lebih tiga puluh menitan naik bus, kami diturunkan di Mochit untuk
berganti moda transportasi lain, yakni BTS. BTS ini adalah sejenis kereta yang
bisa dikatakan rajanya angkutan umum Bangkok karena trek yang dilaluinya
terletak lebih tinggi juga paling nyaman dibandingkan dengan moda transportasi lainnya (sejauh pengamatan kami). Untuk menumpang
BTS, kita harus membeli tiket terlebih dahulu. Harga tiket per orang sebesar 44
Baht. Sistem pembayarannya sangat bagus. Pelanggan harus mengantri terlebih
dahulu di trek yang sudah disediakan, kemudian dikasih kartu untuk melewati pagar
besi yang sengaja dikunci.
Pagar besi atau entahlah apa namanya. |
Cara kedua adalah pelanggan dikasih koin setelah membayar kemudian koin tersebut diisi ke dalam lubang yang telah disediakan sesuai dengan jumlah yang diminta, lalu kartunya akan keluar secara otomatis. Kartu tersebut dimasukkan ke dalam lubang di depan pagar besi. Setelah pagar besi terbuka pelanggan harus mengambil
kembali kartu tadi untuk kemudian dipakai lagi untuk keluar dari stasiun BTS
ketika sudah sampai di tempat tujuan. Selang beberapa menit menunggu keretanya
datang dan kami segera menaikinya.
Suasana BTS saat sepi |
Sore itu kereta sangat padat, mungkin karena penduduk Bangkok yang baru pulang kantor, sehingga kami harus berdiri. Tak mengapa karena
kami tetap merasa nyaman. Dengan kecepatan tinggi, juga tanpa ada hambatan di
jalanan, alhasil waktu tempuhnya relatif singkat. Setelah satu kali berganti
kereta di stasiun Siam (masih dengan kartu yang sama) tibalah kami di tempat
tujuan kami, stasiun Saphan Taksin.
kartu ajaib lengkap dengan segala rutenya |
Dari
cerita panjang lebar di atas, saya hanya mau mengatakan bahwa moda transportasi
di Bangkok sangatlah membuat turis nyaman. Andaikan di Indonesia diterapkan
sistem seperti itu, saya sangat yakin wisatawan akan sangat nyaman berkunjung
ke Indonesia, sehingga bisa memacu pertumbuhan wisatawan melalui promosi Word Of Mouth (WOM) yang paling ampuh
itu, juga melalui kunjungan berulang.
Baca juga :
Thailand Trip -- Surga bagi Pecinta Kuliner
Thailand Trip -- Mekong River Hoping Ala Ala
Thailand Trip -- Glur Hostel : Instagramable Spot in the Center of Bangkok City
Thailand Trip -- Dari Mobil sampai Pesawat : Pengalaman Buruk Dalam Sehari
Rel kereta BTS di belakang kami |
Baca juga :
Thailand Trip -- Surga bagi Pecinta Kuliner
Thailand Trip -- Mekong River Hoping Ala Ala
Thailand Trip -- Glur Hostel : Instagramable Spot in the Center of Bangkok City
Thailand Trip -- Dari Mobil sampai Pesawat : Pengalaman Buruk Dalam Sehari
0 comments