air asiabangkokcatatan perjalanannegeri seribu pagodathailandthailand triptravel journaltravel literature
Thailand Trip -- Ketika kaki mencumbui Daratan Negeri Seribu Pagoda
Setelah dua kali reschedule penerbangan akhirnya hari itu, jumat, 1 desember 2017
kami dijinkan oleh yang di atas untuk meninggalkan Bali selama 6 hari. Sebelum berangkat
kami masih harap-harap cemas, khawatir jika penerbangan dibatalkan lagi. Untuk
mengantisipasi hal itu, kami belum mau membooking hostel karena kami uang hostel
kami sudah hangus 300 ribu akibat penerbangan
yang batal itu. Kami baru membooking hostel setelah roda pesawat mencumbui
daratan negeri yang pernah dipimpin oleh raja yang sangat dicintai rakyatnya
itu.
Setelah
si raja udara lamat-lamat mengepakkan sayap meninggalkan kota seribu pura, diikuti
goncangan-goncangan kecil ketika si burung besi menerobos awan menuju zona
nyamannya, rasa takut mulai menghantui saya. Jujur, walaupun sudah berulang
kali naik pesawat, saya selalu takut ketika pesawat mengalami turbulensi,
apalagi baru terjadi erupsi dan bandara baru dibuka kembali setelah beberapa
hari ditutup. Sungguh pikiran liar sudah menghantui otak saya, seakan-akan
sayaa akan menamatkan riwayat hidup saya saat itu. Ahh sungguh imajinasi yang
berlebihan.
mengudara, foto oleh Nonny |
Selang
beberapa waktu setelah guncangan yang membuat jantung seakan berhenti berdetak
itu, saya menuju buritan
untuk menunaikan panggilan wajib “setor bensin”. Saya kemudian bertanya ke
pramugari dimana letak kamar mandi. Saya mengira pramugarinya orang Indonesia
sehingga dengan tanpa beban saya menanyakannya dalam bahasa Indonesia. Si mbak
kemudian menunjukkan muka bingung, tetapi saya masih belum “ngeh” juga. Setelah
beberapa saat saya berpikir kenapa si mbak pramugari tiba-tiba bego, saya akhirnya saya “ngeh”
juga. Saya kemudian menanyakan keberadaan tempat favorit saya ini dalam bahasa
inggris, dan dengan senyum sapa manjah a
la mimi peri, dia menunjukkan kepada saya tempat itu.
Setelah
adegan itu, saya masih beberapa kali bolak-balik ke tempat keramat itu. Jam di
handphone menunjukkan pukul 4 pm waktu Bali. Hal itu menunjukkan bahwa kami
sudah mengudara selama 4 jam, kini tiba waktunya kami mendarat.
Yeahhhhh
Thailand. Setelah si penguasa udara menghentikan manuvernya secara sempurna di
atas pacuan, dilanjutkan dengan menapaki badan pesawat dan tangga, akhirnya kaki
kami melumat tanah seribu pagoda. Ingin rasanya menitikkan air mata tetapi air
mata saya sangat jual mahal, jadinya ya cuma senyam-senyum tidak jelas.
Dalam
perjalanan menuju imigrasi untuk menyelesaikan segala urusan cap mencap, mata
kami terpaku pada tulisan “Suvarnabhumi
the pride of Thailand” dan didukung oleh gambar bandara baru untuk full service airlines. Apalah kami yang
hanya bisa terbang dengan Low Cost
Carrier Airlines ini. Pantasan setelah turun dari pesawat kami tak
henti-hentinya mengomentari keadaan bandara ini, yang jauh dari kata modern. Maaf
kalau mau dibilang bandara ini mirip gedung tua bekas pabrik. Kesannya tidak
terawat. Ternyata bandara ini khusus
diperuntukkan bagi budget traveller
seperti kami. Yasudahlah yang penting bisa melihat dunia luar biar tidak
dibilang katak dalam tempurung.
Menyusuri
lorong bandara kami menemukan money
exchange. Iseng kami menanyakan ratenya dan ternyata harga rupiah sangat
rendah sodara-sodara. Satu baht (mata uang Thailand) dihargai 800an rupiah
(lupa harga pastinya), padahal harga tukar di Indonesia 420 rupiah per satu baht. Jauh sekali
kan? Saya sarankan kalau mau ke Thailand atau ke negara manapun, terlebih
dahulu belilah mata uang negara tujuan kamu, karena selain harganya yang sangat
jatuh, terkadang negara tujuan kamu tidak menyediakan rupiah.
Menuntaskan keisengan, foto oleh Taya |
Setelah
mekhatamkan keisengan kami, kami segera menuju bagian imigrasi. Antrian mengular
di sana sudah menunggu kami. Kami pun berbaris untuk menggenapi garis panjang
itu. Sambil menunggu kami berniat mengambil beberapa gambar untuk update
instagram juga sebagai kenang-kenangan, ternyata tidak diperbolehkan mengambil
gambar di bagian imigrasi. Taya kaget ketika tiba-tiba salah seorang petugas
bandara, seorang cewek cantik berwajah oriental menepuk pundaknya sambil
berceracau dalam bahasa Thai. Sama seperti adegan saya ke kamar mandi di
pesawat, diapun memasang tampang bingung. Selang beberapa detik baru dia “ngeh”
ternyata maksudnya tidak boleh mengambil foto. Jadi kalau ke Thailand harus belajar bahasa tubuh juga, karena mereka
sangat payah berbahasa inggris.
Kami
lalu menertawakan kebodohan kami sambil melanjutkan baris-berbaris yang tak
kunjung usai itu. Setelah menyiksa kaki selama kurang lebih 45 menit, kami baru
menyadari bahwa ada antrian yang lebih pendek “ASEAN Lane” khusus untuk
wisatawan dari negara-negara ASEAN. Kami segera memasang aba-aba untuk
berpindah ke barisan yang panjangnya hanya dua meter itu, eh ternyata kami
tidak diperbolehkan untuk mengekor di barisan itu. Katanya sudah penuh
kuotanya. Entahlah apa motif si petugas itu. Kami terpkasa harus mengantre
kembali dalam barisan panjang nan membosankan itu. Setelah 30 menit setelah
adegan dilarang masuk barisan ASEAN, kami akhirnya menyelesaikan urusan di
bagian imigrasi.
ASEAN Lane yang terlambat menampakkan wajahnya, foto oleh Taya |
Yeahh kami bebas. Menapaki anak tangga menuju pintu keluar, kami menemukan
konter yang menjual berbagai paket kartu data untuk wisatawan, kamipun membeli
satu untuk bertiga demi menekan pengeluaran. Kami sangat beruntung hari itu
karena begitu keluar dari pintu bandara, bus kota nomor A1 menuju Mochit sudah
nangkring di depan bandara. Kami kemudian menaikinya dan segera melaju menuju
stasiun BTS (Bangkok Mass Transit System)
Mochit, lalu berganti moda transportasi skytrain, lalu berjalan kaki kurang
lebih 300 meter menuju hostel, tempat kami dua menginap selama dua hari ke
depan.
Baca juga :
Thailand Trip -- Surga bagi Pecinta Kuliner
Thailand Trip -- Mekong River Hoping Ala Ala
Thailand Trip -- Pengalaman Naik Angkutan Umum di Thailand
Thailand Trip -- Dari Mobil sampai Pesawat : Pengalaman Buruk Dalam Sehari
Thailand Trip -- Glur Hostel : Instagramable Spot in the Center of Bangkok City
Baca juga :
Thailand Trip -- Surga bagi Pecinta Kuliner
Thailand Trip -- Mekong River Hoping Ala Ala
Thailand Trip -- Pengalaman Naik Angkutan Umum di Thailand
Thailand Trip -- Dari Mobil sampai Pesawat : Pengalaman Buruk Dalam Sehari
Thailand Trip -- Glur Hostel : Instagramable Spot in the Center of Bangkok City
0 comments