MENGENAL LEBIH DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT ENDE LIO : UPACARA PEI HOLO KAMBA DAN POTO WATU NITU PAI
Upacara pemberkatan kerbau secara adat untuk kemudian disembelih, foto oleh penulis
Hari
Sabtu 24 Juni 2017 merupakan hari bersejarah bagi Suku Kewa Woda yang terletak
di Kampung Wolomage, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende. Hari tersebut adalah
hari berkunjungnya Bupati Ende, Bapak Marselinus Y. W. Petu beserta Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ende ke Kampung Wolomage. Kunjungan tersebut
bukan tanpa maksud. Hari itu bertepatan dengan upacara adat Poto Watu Nitu Pa’i
dan Pe’i Holo Kamba. Jika diterjemakan dalam Bahasa Indonesia kira-kira
beginilah artinya “memasukan benda-benda pusaka adat dan meletakkan kepala
kerbau”. Secara lengkap mengenai upacara tersebut akan dijelaskan di bawah.
Acara Penyambutan
![]() |
Tarian
penyambutan, foto oleh Bapak Gregorius Habo
|
Rangkaian
acara ini diawali dengan upacara penyambutan rombongan Bupati Ende beserta
jajarannya. Sambutan adat dari Boge Hage (Menurut Bapak Vinsensius Tani, dalam
adat Lio ada tiga struktur adat, yang paling tinggi adalah Mosalaki Pu’u, lalu
Ria Bewa, kemudian Boge Hage, dan Aji Ana) Kewa Woda mengawali acara
penyambutan, dilanjutkan dengan upacara pengalungan. Kalau di Bali biasanya
menggunakan kembang Jepun, lain halnya dengan di Flores umumnya, kampung
Wolomage khususnya. Di tempat ini, pada upacara yang dimaksud di atas, selendang
tenun dihiasi bunga-bunga kertas diselempangkan di bahu Bapak Bupati beserta lima
orang pejabat lainnya, yakni Asisten 1 (Bapak Cornelis Wara), Asisten 3 (Bapak
Yosef Tote), Kepala Dinas Pehubungan (Bapak Bernabas Wangge), Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (Bapak Kons Djara) dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (Bapak Albert Yani). Sembari upacara pengalungan, Nggo Wani (musik adat) dimainkan dan ibu-ibu penari mengunjukkan
kebolehannya dengan tarian selamat datang. Setelah selendang dikalungkan,
rombongan Bapak Bupati diajak menuju salah satu rumah yang telah disiapkan
untuk beristirahat sejenak sambil menikmati air putih.
Poto Watu Nitu Pa’i
![]() |
Mera leka Kuwu/duduk di bale-bale adat, foto oleh Bapak Anselmus Sega |
Selanjutnya
Bapak Bupati beserta jajarannya diminta untuk mengenakan sarung adat karena
akan dilangsungkan upacara adat pertama, yakni Poto Watu Nitu Pa’i. Untuk
mengundang Bapak Bupati menuju Rumah Adat, pertama-tama ibu-ibu penari
menarikan sebuah tarian khas daerah Ende Lio, yakni tarian Wanda Pa’u (selendang
bergilir). Menjelaskan sedikit mengenai tarian Wanda Pa’u, ibu-ibu penari tersebut
menari menggunakan selendang tenun ikat, tetapi ukurannya lebih besar daripada
selendang yang dipakai saat pengalungan. Selendang tersebut kemudian
dilemparkan atau diberikan kepada sasaran yang dituju agar sang sasaran
tersebut menari juga. Pada kesempatan kali ini sasaran utama tarian wanda pa’u
adalah Bapak Bupati beserta jajarannya. Setelah tarian Wanda Pa’u Bapak Bupati
beserta jajarannya diajak oleh Ria Bewa (Sesepuh Adat) menuju ke Rumah Adat
yang baru selesai dikerjakan. Di waktu yang sama, para anak cucu dari Nenek
Kewa Woda memindahkan benda-benda pusaka adat yang sakral dari 10 keturunan ke
belakang dari tempat penyimpanan sementara ke Rumah adat (One Ria dalam bahasa
Lio) tersebut untuk selamanya diletakkan di rumah tersebut.
Pe’i Holo Kamba
![]() |
Peletakkan
Kepala Kerbau, foto oleh Bapak Anselmus Sega
|
Acara
selanjutnya adalah pemberkatan Kerbau Jantan secara adat, yang menurut salah
satu toko adat, Bapak Vinsen Laka dibeli seharga 17 juta rupiah. Setelah
diberkati, kerbau tersebut kemudian digiring ke belakang untuk dipenggal
kepalanya. kemudian, kepala yang telah dipenggal dibawa ke rumah adat oleh dua
orang anggota keluarga besar Kewa Woda dengan diiringi bahasa-bahasa adat lalu
kepala tersebut diletakkan di depan rumah adat sebagai pijakan atau tangga
rumah. Menurut Bapak Vinsen Laka, kepala kerbau tersebut bisa bertahan sangat
lama. “Kepala kerbau tersebut bisa bertahan sampai kamu beranak cucu”tuturnya. Menurut
Bapak Vinsensius Tani, kepala kerbau ini merupakan lambang kebesaran sebuah
rumah adat.
Acara Penyerahan Bantuan
![]() |
Penyerahan
DO belanja bantuan untuk Kapela Stasi Detupera
|
Setelah
dua acara inti berlalu, pihak keluarga, Ria Bewa, serta Bapak Bupati
diperkenankan memberikan sepatah dua kata. Dalam kesempatan ini, Bupati Ende, Bapak Marselinus Y.W. Petu sekaligus
menyerahkan bantuan dana untuk merenovasi kapela Stasi Detupera yang sebelumnya
diberi bantuan sebesar 250 sak semen, namun masyarakat setempat meminta 100 sak
semen diganti dengan 100 batang besi. Pada kesempatan yang sama, Bapak Bupati
merespon permintaan dari masyarakat untuk membangun Sekolah Menengah Pertama di
Desa tersebut.”Kalau tidak ada hambatan, sekolah tersebut bisa mulai dibangun
tahun depan, bahkan tahun ini” ujarnya dalam sambutannya. Rencana pembangunan
sekolah ini disambut hangat oleh Ria Bewa dengan menyerahkan sebidang tanah
untuk keperluan pembangunan gedung sekolah tersebut secara resmi.
BACA JUGA :
MELAWAT KE KAMPUNG WAEREBO : MAGNET WISATA DI PULAU BUNGA
JATILUWIH : MANIFESTASI BUDAYA MASYARAKAT BALI
Keladi Raksasa, Pohon Cinta, dan Pohon Hamil : Daya Tarik Kebun Raya Gianyar
EKSOTISME LOKASI SYUTING FILM EAT PRAY LOVE, PANTAI PADANG-PADANG
BACA JUGA :
MELAWAT KE KAMPUNG WAEREBO : MAGNET WISATA DI PULAU BUNGA
JATILUWIH : MANIFESTASI BUDAYA MASYARAKAT BALI
Keladi Raksasa, Pohon Cinta, dan Pohon Hamil : Daya Tarik Kebun Raya Gianyar
EKSOTISME LOKASI SYUTING FILM EAT PRAY LOVE, PANTAI PADANG-PADANG
2 comments
Mantap ine Tulisanny
ReplyDeleteMakasih ame����
Delete