Thailand Trip -- Pengalaman Naik Angkutan Umum di Thailand

by - December 08, 2017



Angkutan Kota (ini foto bis lainnya, jurusan Sai Tai Mai--Phaya Thai, bukan dari bandara). dari bandara bis nomor A1, foto oleh Taya
Dalam beberapa tahun terakhir, wisatawan yang berkunjung ke negara-negara berkembang, khususnya negara-negara ASEAN mengalami trend peningkatan, tidak terkecuali ke Indonesia dan Thailand. Dikutip dari penyataan menteri pariwisata, Arief Yahya pada travel.kompas.com, wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia pada periode bulan Januari sampai Oktober 2016 berjumlah 9.403.614 wisman, sedangkan pada periode yang sama ada 27.076.308 wisman berkunjung ke Thailand. Usut punya usut ternyata tata kelola juga infrastruktur Thailand yang bagus merupakan salah satu hal yang mempengaruhi tingginya jumlah wisatawan di negari seribu pagoda tersebut.
Saya lalu bertanya kembali ke diri saya sendiri “masa hanya karena infrastruktur yang bagus, Thailand bisa mengalahkan Indonesia yang alam dan budayanya begitu kaya?”pertanyaan ini semakin berkecamuk ketika saya bertemu dengan salah satu solo traveler asal China saat menikmati matahari terbenam di PantaiSuluban dua bulan lalu. Rita Qi namanya. Ketika ditanyai pendapatnya mengenai perbandingan antara alam Indonesia dan Thailand, tanpa ragu dia mengatakan bahwa alam Indonesia jauh lebih Indah. Lalu mengapa orang mau mengunjungi Thailand?
Mesin kasir ajaib (abaikan muka lelah Nonny), foto oleh Taya.
Sejak saat itu terbersit dalam pikiran saya untuk mengunjungi Thailand suatu saat nanti. Ya negara ini masuk dalam daftar negara yang harus saya kunjungi paling tidak sekali seumur hidup saya. Ketika keluar dari pintu bandara (baca kisah perjalanan kami dari Ngurah Rai ke Don Mueang disini), kami disambut oleh angkutan umum berwarna kuning di pelataran bandara. Mengenai angkutan-angkutan umum di Thailand sudah dicari tahu informasinya oleh Taya melalui internet berminggu-minggu sebelum keberangkatan, sehingga Taya patut kami daulatkan sebagai ketua panitia dalam perjalanan dengan tema “happy traveling” yang hanya tersisa tiga anggota ini.
Tempat pembelian tiket BTS
Kami segera berlari menuju angkutan ini dan mencari tempat duduk di belakang si pengemudi. Setelah 5 menit “ngetem” bis pun melaju membelah jalanan kota Bangkok. Sang kondektur atau “kenek” bahasa gaul anak Jekerdahh, yang merupakan seorang perempuan (setelah beberapa kali bolak balik naik bus di Kota Bangkok, kami baru menyadari bahwa memang rata-rata kenek di Thailand adalah perempuan) kemudian menagih biaya tumpangan sebesar 30 Baht per orang. Kami terpanah ketika kondektur ini begitu cekatan menerima uang yang kami bayar dan melipatnya dalam mesin kasir sederhana yang berbentuk seperti kaleng, yang saya sendiri tidak mengerti bagaimana caranya. Karena itu, setiap kali naik bus angkutan kota adegan itu merupakan tontonan menarik yang tidak pernah mau saya lewatkan.
Mengisi Koin
Setelah kurang lebih tiga puluh menitan naik bus, kami diturunkan di Mochit untuk berganti moda transportasi lain, yakni BTS. BTS ini adalah sejenis kereta yang bisa dikatakan rajanya angkutan umum Bangkok karena trek yang dilaluinya terletak lebih tinggi juga paling nyaman dibandingkan dengan moda transportasi lainnya (sejauh pengamatan kami). Untuk menumpang BTS, kita harus membeli tiket terlebih dahulu. Harga tiket per orang sebesar 44 Baht. Sistem pembayarannya sangat bagus. Pelanggan harus mengantri terlebih dahulu di trek yang sudah disediakan, kemudian dikasih kartu untuk melewati pagar besi yang sengaja dikunci. 
Pagar besi atau entahlah apa namanya.
Cara kedua adalah pelanggan dikasih koin setelah membayar kemudian koin tersebut diisi ke dalam lubang yang telah disediakan sesuai dengan jumlah yang diminta, lalu kartunya akan keluar secara otomatis. Kartu tersebut dimasukkan ke dalam lubang di depan pagar besi. Setelah pagar besi terbuka pelanggan harus mengambil kembali kartu tadi untuk kemudian dipakai lagi untuk keluar dari stasiun BTS ketika sudah sampai di tempat tujuan. Selang beberapa menit menunggu keretanya datang dan kami segera menaikinya. 
Suasana BTS saat sepi
Sore itu kereta sangat padat, mungkin karena penduduk Bangkok yang baru pulang kantor, sehingga kami harus berdiri. Tak mengapa karena kami tetap merasa nyaman. Dengan kecepatan tinggi, juga tanpa ada hambatan di jalanan, alhasil waktu tempuhnya relatif singkat. Setelah satu kali berganti kereta di stasiun Siam (masih dengan kartu yang sama) tibalah kami di tempat tujuan kami, stasiun Saphan Taksin.
kartu ajaib lengkap dengan segala rutenya


Dari cerita panjang lebar di atas, saya hanya mau mengatakan bahwa moda transportasi di Bangkok sangatlah membuat turis nyaman. Andaikan di Indonesia diterapkan sistem seperti itu, saya sangat yakin wisatawan akan sangat nyaman berkunjung ke Indonesia, sehingga bisa memacu pertumbuhan wisatawan melalui promosi Word Of Mouth (WOM) yang paling ampuh itu, juga melalui kunjungan berulang.
Rel kereta BTS di belakang kami


Baca juga :
Thailand Trip -- Surga bagi Pecinta Kuliner
Thailand Trip -- Mekong River Hoping Ala Ala
Thailand Trip -- Glur Hostel : Instagramable Spot in the Center of Bangkok City
Thailand Trip -- Dari Mobil sampai Pesawat : Pengalaman Buruk Dalam Sehari

You May Also Like

0 comments