MENIKMATI MALAM DENGAN SEPORSI MAKANAN NASIONAL DISERTAI PENCUCI MATA "BULE CAKEP" DI PASAR TRADISIONAL SHINDU, SANUR

by - September 18, 2017

MENIKMATI MALAM DENGAN SEPORSI MAKANAN NASIONAL DISERTAI PENCUCI MATA "BULE CAKEP" DI PASAR TRADISIONAL SHINDU, SANUR


Foto oleh Yudha Eka Nugraha

Suasana pasar memang selalu punya pesona tersendiri, Setidaknya bagiku. Selain atmoser yang hangat, siapa yang dapat menampik bahwa pasar juga selalu menawarkan harga yang bersahabat. Ketika berbicara tentang pasar, kebanyakan orang akan membayangkan sayur, buah, daging, ikan serta keperluan rumah tangga lainnya. Ya memang begitulah kenyataan yang akrab di mata orang Indonesia. 
Suasana Pasar Shindu
Kali ini saya akan menulis mengenai pasar tradisional yang dominan menjajakan kuliner nusantara. Namanya pasar Shindu, tetapi teman-temanku kerap menyebutnya pasar senggol. Janganlah membanjiri saya dengan pertanyaan mengapa disebut pasar senggol karena saya pun tak tahu jawabannya. Cobalah bertanya pada rumput yang bergoyang (yaelah kok jadinya nyanyi sih? wkwkwk). Kata anak kekinian "maafkan adek bang karena sering salah fokus :D".
Kembali ke pasar Shindu. saya sudah beberapa kali mengunjungi pasar ini. Pertama kali berkunjung sekitar empat bulanan yang lalu, diajak oleh teman saya Tiara (si ratu kuliner, yang tahu segala macam tempat makan yang enak). 
kesegaran yang haqiqi
Kuliner yang dijajakan di pasar ini sangat beraneka ragam dan sangat Indonesia. Ada bakso, mie ayam, nasi goreng, bakmi, nasi campur, olahan daging babi, soto, sate, roti bakar, jus, serta makanan lainnya, mulai dari makanan ringan sampai makanan berat, mulai dari yang rasanya manis sampai yang rasanya pedes, semuanya ada. 
Pertama kali makan di sana, saya mencoba sate madura yang dijajakan di salah satu sudut pasar ini. Tentang rasanya? Wah, sangat enak. tidak kalah enaknya dengan sate-sate yang dijajakan di tempat-tempat mahal seantero Indonesia (sotoy banget sih? emang pernah makan sate di restoran lu? wkwkwk) karena lidah tidak bisa berbohong. Soal harga? Tidak usah khawatir karena harganya sangat bersahabat. Selain sate, kuliner yang pernah saya coba adalah es buah, jus buah, bakso, mie ayam serta soto ayam. Semuanya enak-enak karena harganya murah meriah (maklum anak kosan). 
Teman kelas, teman kos, teman main
kiri ke kanan (Ander, k'Ika, Topan, Novi, Ulfa, Yudha)
foto oleh mas-mas yang lewat di sana
Kuliner nusantara bila dipadukan dengan pelanggan internasional memang sangat serasi. Indera perasa dan indera penglihatan memang benar-benar dimanjakan. Bagaimana tidak? Rasa enak yang bersumber dari makanan serta pemandangan bule-bule cakep dari berbagai belahan dunia memiliki sensasi tersendiri. Sensasi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. cukup datang dan nikmati sendiri setiap detik, menit, jam yang kau habiskan di setiap kursi-kursi kayu dan plastik yang berjejer rapi di sana.
Menurut salah satu pedagang di sana, pasar tersebut dibuka pada jam 6 sore dan ditutup pada jam 11 malam. Datanglah lebih awal agar kau bisa memanjakan kedua inderamu sepuas hatimu.
Teman asrama jaman SMA dan dua teman baru dari Belgia
dari kiri ke kanan (Yuni, Novi, Ernesta, Nora, Sumiya, Ovi)
foto oleh Bapak tukang sate
Oh ya, saya lupa. Saya mau mengisahkan sedikit pengalaman berkesan saya saat mengunjungi pasar ini. Dua hari yang lalu saya bersama teman-teman asrama saya saat SMA menghabiskan malam di sini dan kami sempat mengobrol dengan dua orang bule asal Moroko tetapi dilahirkan dan dibesarkan di Belgia, dan sekarang masih menetap di Brusel, ibukota dari negara Belgia tersebut. Obrolan hangat tercipta di menit-menit awal ketika kami secara terbuka bercerita mengenai banyak hal tentang kehidupan masing-masing pihak. Siapa yang dapat menyangka bahwa di Benua Eropa yang dianggap kaya raya dan menakjubkan, ternyata ada yang hidup di jalanan?Siapa pula yang menyangka bahwa Eropa yang selalu dianggap bangsa kelas satu tersebut banyak penduduk miskinnya? ternyata pengetahuan saya tentang Eropa masih sekecil debu yang beterbangan. Terimakasih informasinya kawan.
Salah satu kawan dari Belgia yang bernama Sumiyah mengisahkan bahwa dia sampai menitikkan air mata saat menginjakkan kaki di bumi pertiwi ini. Keren sekali ya negeri kita :) Dia harus berganti pesawat tiga kali untuk menikmati pulau dewata beserta isinya. Si kawan sangat senang ketika ada penduduk lokal yang mau mengajaknya berbicara dan berbagi cerita dengannya. Dia mencintai Asia dan ingin mendapatkan kekasih hati dari Asia. Siapa yang mau mendaftar? hayo angkat tangannya (jangan angkat kakinya ya, awas terbanting. wkwkwk).
Lain halnya dengan Nora. Saya sangat menyukai gadis ini. Gaya bicaranya yang sangat khas Eropa sesekali diselingi bisikan-bisikan seolah-olah sedang membicarakan sebuah rahasia besar, membuatnya begitu menggemaskan. Si kawan ini juga sangat blak-blakan ketika membicarakan sesuatu. Dia banyak berbagi mengenai pengalamannya mengelilingi dunia, membuat saya dan kawan-kawan berangan untuk bisa menginjakkan ke satu saja negara di luar Indonesia. 
Akhir cerita, ketika kami hendak membayar makan malam kami, kata ibunya sudah dibayarkan sama si Nora. Wah beruntung sekali kami malam itu. Bisa menemukan teman baru, sekaligus bisa menyantap makan malam secara GRATISTISTISTIS. Sungguh nikmat Tuhan mana yang bisa kau dustakan? Ah senang sekali bisa berkenalan dengan kalian sobat. 
Suasana Pasar Shindu

You May Also Like

0 comments