catatan perjalananCBETCBTekowisataGunungGunung ApiGunung Api Purbagunung kidulngglanggeranperjalanan wisataYogyakarta
PESONA SEBUAH NAMA : PURBA YANG MELEGENDA
View Embung Ngglanggeran dari Puncak Gunung Purba,
foto oleh Ihyana Hulfa/Gege
Pada hari ke 10 saya menikmati
liburan semester di Jogja, saya dan kawan-kawan (salah satunya teman Magister
Kajian Pariwisata 2016, Ulfa) menuju ke kawasan ekowisata Gunung Api Purba
Ngglanggeran yang terletak di Desa Ngglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunung Kidul. Perjalanan dari pusat kota Yogyakarta menuju kawasan ekowisata
tersebut memakan waktu kurang lebih satu jam. Sesampainya di sana kami pun
segera memarkir kendaraan dan menuju ke loket untuk melakukan pembayaran. Setiap
pengunjung dikenai biaya tiket masuk
seharga Rp 15.000,00 dan biaya parkir motor Rp 2.000,00 per motor.
![]() |
Batu raksasa pengapit jalan, In Frame : Ulfa, Gege, Ari, foto oleh Penulis |
![]() |
Batu Raksasa penghuni Gunung Api Purba, foto oleh Ari/Ulfa/Gege |
Setelah melakukan pembayaran, kami
pun tidak sabar lagi untuk mencapai puncak. Pendakian kami pun dimulai dan dipandu
oleh salah seorang teman yang sudah pernah kesana. Di sepanjang trek pendakian
kami melewati lorong-lorong sempit yang diapiti oleh batu-batu raksasa. Di
beberapa titik terdapat gardu pandang yang disediakan untuk menikmati
pemandangan sekitar dari ketinggian. Ada juga pemandangan dua gunung raksasa,
yakni gunung Merapi dan Merbabu. Sungguh indah. Di gardu pandang tersebut kami
pun beristirahat sejenak sambil mengabadikan pemandangan dan momen-momen indah
tersebut dalam bingkai kamera.
![]() |
sayang lingkungan dong :) foto oleh Ulfa |
Pendakian pun dilanjutkan. Di
sepanjang perjalanan, kami disuguhkan tulisan-tulisan berupa himbauan untuk
menjaga lingkungan dengan rangkaian kalimat yang kocak khas anak muda yang
lumayan mengocok perut. Selain gardu pandang, ada juga mata air sakral yang
bernama mata air Comberan di salah satu titik. Di sini perempuan yang sedang
datang bulan dilarang masuk. Setelah menempuh perjalan kurang lebih 45 menit
kami pun sampai di puncak pertama. Di sana kami beristirahat sejenak, kemudian
perjalanan dilanjutkan ke puncak kedua. Pemandangan yang sempurna. Dari puncak
tersebut Embung Ngglanggeran terlihat sangat jelas dan menjadi background yang sangat bagus untuk
berpose ria.
Setelah menghabiskan waktu kurang
lebih 30 menit di puncak, kami pun turun kembali. Di pos terakhir kami menemukan
sebuah warung kejujuran. Kami kemudian berhenti di sana untuk membeli beberapa
botol air mineral. Menurut salah satu anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis)
kawasan ekowisata, warung kejujuran tersebut milik salah satu warga desa.
Tambahnya pula, beberapa waktu yang lalu ada seorang pendaki yang tertarik
dengan konsep warung kejujuran itu, kemudian ia menyumbangkan satu unit kulkas
untuk pemilik warung kejujuran tersebut. Selain itu, ada juga peternakan
kambing sebelum tiba di parkiran. Yang unik dari kandang tersebut adalah
bentuknya yang cantik dan indah serta yang menempati kandang tersebut hanyalah
kambing yang berwarna putih.
![]() |
Pemandangan dari gardu pandang 2 view Gunung Kembar (Merapi-Merbabu) berjejer rapi di hadapan |
![]() |
Kantin Kejujuran ala masyarakat lokal |
![]() |
dari kiri ke kanan : Penulis, Pak Triana (Nara Sumber), dan Ari |
Kabar baiknya, pokdarwis kawasan
ekowisata baru saja menerima penghargaan CBET di Singapura. Satu hal unik yang
membuat saya terperangah adalah mereka, warga Desa Ngglanggeran membubuhi nama
belakang mereka dengan tambahan Purba demi mempopulerkan kawasan ekowisata
tersebut, sampai orang mengira kalau marga Purba Batak sudah berpindah ke
Gunung Kidul. Wow luar biasa ya usaha mereka. Semoga kelestarian kawasan
ekowisata tersebut tetap berlanjut.
0 comments